Thursday, January 17, 2013

tugas makalah mantra




Tugas makalah: Bahasa Indonesia

MANTRA


DI SUSUN OLEH:

KASRIA
12020103027

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN KENDARI
JURUSAN SYARIAH/EI
2012/2013






KATA PENGANTAR 


Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga analisis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Analisis yang berjudul  “Mantra Kesehatan dan Kekuatan Suku Tolaki”: Tak lupa juga saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen. Tentunya dalam penyusunan makalah ini masih mempunyai banyak kesalahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar dalam menganalisis selanjutnya lebih baik lagi. Segala saran dan masukan sangat saya harapka,. Saya ucapkan terimakasih. 



Kendari, 28 Oktober 2012                             



Penulis                                                

















DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.................................................................................. 1
B.     Rumusan masalah............................................................................. 1
C.     Tujuan .............................................................................................  1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian mantra............................................................................  2
B.     Jenis-jenis mantra............................................................................. 3
C.     Mantra dari segi bentuk.................................................................... 4
D.    Contoh mantra...................................................................................5

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...................................................................................... 6
B.     Kritik dan saran................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA

















BAB 1
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
 Mantra adalah sesuatu yang lahir dari masyarakat sebagai perwujudan dari keyakinan atau kepercayaan. Dalam masyarakat tradisional, mantra bersatu dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pawang atau dukun yang ingin menghilangkan atau menyembuhkan penyakit misalnya, dilakukan dengan membacakan mantra. Berbagai kegiatan yang dilakukan terutama yang berhubungan dengan adat biasanya disertai dengan pembacaan mantra. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat bahwa terdapat suatu kepercayaan di tengah mereka tentang suatu berkahi yang dapat ditimbulkan dengan pembacaan suatu mantra tertentu. Mereka sangat meyakini bahwa pembacaan mantra merupakan wujud dari sebuah usaha untuk mencapai keselamatan dan kesuksesan.

B. Rumusan Masalah
Pentingnya melakukan analisis terhadap mantra Kekuatan Tubuh dalam masyarakat suku Tolaki tersebut yaitu:
a.       Bagaimana kandungan makna mantra “Tanggawuku”suku Tolaki berdasarkan pembacaan heuristik dan hermeneutik?
Bagaimana matriks dan model yang terdapat dalam mantra “Tanggawuku” suku Tolaki?
b.      Bagaimana hubungan intertekstual mantra “Tanggawuku” suku Tolaki dengan  teks lain?
C. Tujuan
             Tujuan analisis ini adalah sebagai berikut:
1). Mengungkap makna yang terkandung pada mantra “Tanggawuku” suku Tolaki berdasarkan pembacaan heuristik dan hermeneutik.
2). Mengungkap matriks dan model yang terdapat dalam mantra “Tanggawuku” suku Tolaki.
3) Mencari dan menemukan hubungan intertekstual mantra “Tanggawuku” suku Tolaki dengan teks lain.  

           

      BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian mantra
            Mantra adalah sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2001).
 Dalam sastra Melayu lama, kata lain untuk mantra adalah jampi, serapah, tawar, sembur, cuca, puja, seru dan tangkal. Mantra termasuk dalam genre sastra lisan yang populer di masyarakat Melayu, sebagaimana pantun dan syair. Hanya saja, penggunaannya lebih eksklusif, karena hanya dituturkan oleh orang tertentu saja, seperti pawang dan bomoh (dukun). Menurut orang Melayu, pemacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib untuk membantu meraih tujuan-tujuan tertentu. Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan" (misalnya perubahan spiritual). Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
 Mantra (Dewanagari: मन्त्र; IAST: mantra) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran. Khanna (2003: hal. 21)1 menyatakan hubungan mantra dan yanra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
 Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud kurang baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.




B.     Jenis-jenis mantra
Ada  Jenis-Jenis Mantra Secara umum, dapat dibagi ke dalam lima jenis berdasarkan tujuan pelafalannya, yaitu:
a.       Mantra untuk pengobatan
b.      Mantra untuk pakaian atau pelindung diri
c.       Mantra untuk kejahatan
d.      Mantra untuk kejahatan
e.       Mantra adat-istiadat

C.     Mantra dari segi bentuk
 Mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan bahasa khusus yang sukar dipahami. Adakalanya, dukun atau pawang sendiri tidak memahami arti sebenarnya mantra yang hanya memahami kapan mantra tersebut dibaca dan apa tujuannya.
Dari segi penggunaan, mantra sangat eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat dan tabu. Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan kepada anakketurunan, murid ataupun orang yang ia anggap akan menggantikan fungsinya sebagai dukun. Kemunculan dan penggunaan mantra ini dalam masyarakat Melayu2, berkaitan dengan pola hidup mereka yang tradisional dan sangat dekat dengan alam.
Oleh sebab itu, semakin modern pola hidup masyarakat Melayu dan semakin jauh mereka dari alam, maka mantra akan semakin tersisihkan dari kehidupan mereka. Pada dasarnya, mantra terdiri atas beberapa macam berdasarkan jenis dan fungsinya. Di antaranya, mantra bercocok tanam, mantra pengasih, mantra melaut, dan lain sebagainya. Mantra jenis apa pun diyakini memiliki fungsi tersendiri sesuai dengan keyakinan pemakainya. Mantra bercocok tanam misalnya, mantra ini digunakan dalam kaitannya dengan kegiatan bercocok tanam. Demikian pula halnya dengan mantra melaut. Mantra ini digunakan khusus ketika sedang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan melaut.



D.    Contoh mantra

“TANGGAWUKU”

 Bismillahirrahmanirrahim Nabihaluru nabihelere Patonggopa owuta Patonggopa wotolu Iwoi dumagai’aku Nggo meokanggona Pehere-here’anggu Ombu ta’ala Pepoi-poindi’anggu Nabi Muhammad.
Artinya: Dengan menyebut nama Allah SWT. Nabi Muhammad yang menjadi teladanku empat bagian tanah, empat bagian badan air yang menjaga saya disetiap capekku tempatku bersandar Allah SWT. Dan Nabi Muhammad tempat aku berpegang.

“Penjelasan mantra”

 a. Pembacaan Heuristik Mantra ini merupakan mantra yang digunakan untuk membuat tulang kuat agar tidak mudah lelah. Mantra ini dilafazkan dalam rangka untuk meminta kesehatan badan dalam beraktivitas sehari-hari. Seperti pada umumnya, mantra ini pun dimulai dengan basmalah. Hal ini menunjukkan bahwa segala usaha dan upaya yang dilakukan oleh pengguna mantra diserahkan sepenuhnya kepada kekuasaan Allah SWT.
 Larik pertama, Bismillahirrahmanirrahim berarti “dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Nabihaluru nabihelere pada larik ini memiliki dua makna yang berbeda3. Nabihaluru yang berati “nabiku”. Nabi yang dimaksud adalah nabi Muhammad, yang menjadi teladanku. Nabihelere berarti “nabimu”. Kata dalam bahasa Arab adalah sebutan untuk orang yang menjadi pilihan Allah SWT untuk menerima wahyunya. Kata ini kemudian diserap ke dalam bahasa Tolaki dan digunakan dalam penggunaan mantra. Dalam bahasa Inggris, kata nabi sepadan dengan kata prophet.





 Kata patonggopa berarti “empat bagian”. Kata owuta berarti “tanah”, tanah merupakan permukaan bumi. Patonggopa pada larik keempat sama artinya pada larik ketiga yaitu “empat bagian”. Wotolu yang berarti “tubuh”, tubuh adalah keseluruhan jasad sembilan manusia atau binatang dari ujung kaki sampai ujung rambut. Iwoi yang berarti air, yang menjadi sumber kehidupan makhluk hidup.
 Dumagai’aku pada kata ini terdiri dari dua kata yang berbeda makna, dumagai berarti “yang menjaga”, dan aku berarti saya.
 Nggo yang berarti “akan”. Meokanggona berarti “disetiap capekku”. Pehere-here’anggu berarti “tempatku bersandar”. Ombu ta’ala yaitu Allah SWT, Allah ta’ala adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Maha Kuasa atau Maha Perkasa penguasa jagat raya ini. Kata pepoi-poindi’anggu berarti “tempatku berpegang”. Nabi Muhammad yang berarti “Rasulullah SAW” yang ditugaskan oleh Tuhan untuk menyampaikan ajaran agama Islam.
b. Pembacaan Hermeneutik Mantra di atas sesungguhnya sudah mengimplikasikan keinginanan si pembaca mantra untuk memperoleh pertolongan dari Tuhan. Pertolongan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah berupa kesehatan tubuh dan tubuh yang kuat. Mantra ini juga menggambarkan sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan Muhammad SAW sebagai rasul yang dipercaya oleh-Nya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia4. Gambaran mengenai sikap penyerahan diri kepada Tuhan terdapat pada larik kedua mantra, yaitu pehere-here’anggu Allah ta’ala..
Kalimat ini mengimplikasikan kepada Allah SWT sebagai tempat bersandar diri memohon pertolongan dan perlindungan, Nabi Muhammad sebagai teladan dan pedoman hidup bagi umat manusia. Semua yang terjadi di dunia adalah karena kehendak-Nya. Allah taala adalah pencipta seluruh jagad alam dan yang berhak untuk menentukan segala sesuatu yang menjadi kehendak-Nya. Kepada-Nyalah semua makhluk harus tunduk dan taat dengan segala perintah dan larangan-Nya, dan memohon perlindungan serta kesehatan jasmani dan rohani. Jiwa dan raga ini adalah milik-Nya, kapanpun Dia dapat membuatnya sakit dan kapanpun dapat mengambilnya. Nabihuluru nabihelere mengimplikasikan pada nabiku nabimu adalah sama.




 Muhammad dalam hal ini adalah sebuah simbol kekuatan:
1.      Matriks dan Model Isi mantra ini mencitrakan hubungan kedekatan manusia
dengan Sang Pencipta yang secara eksplisit disebutkan di dalam mantra. Seperti halnya makhluk lainnya yang selalu mempunyai hubungan kedekatan seperti itu.
 2. Hubungan Intertekstual Secara spiritual Tuhan dipahami oleh manusia sebagai Alif Lamm Miim. Namun, para sufi memahaminya dalam empat hal, yaitu:
a. dzat, yang bukan berawal dan berakhir, bukan rupa, bukan warna, bukan wujud, bukan materi, keadaan yang tenang, tentram, dan damai.4
b. sifat, sifat dinamis dari Tuhan yang Maha Bijaksana, adil, dan pengasih dan penyayang.
c. Asma, nama Tuhan yang baik, seperti Allah Ta’ala, Yehueh, Deo, dan God.
d. Afngal, hadirnya nasib dan takdir baik dan buruk. Walaupun dzat, sifat, asma, dan afngal dapat dibedakan menurut pengertiannya, tetapi keempatnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam pembuatan makalah ini penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa mantra adalah bunyi atau suku kata yang dianggap mampu menciptakan suatu perubahan.
B.     Kritik dan saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa dalam penyajian materi dan pembahasan masi cukup terbatas dan saya menyadari bahwa keterbatasan bahan serta buku-buku penunjang dalam penyelesaian dan penyusunan makalah ini.
Jika dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dari segi penulisan serta pembahasannya, saya sebagai penyusun makalah ini saya mengharapkan ketulusan dan keterbukaan dari berbagai pihak pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi melengkapkan penyusunan makalah selanjutnya agar mudah dipahami bagi para pembaca.









DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan., dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III). Jakarta: Balai Pustaka. Indrastuti, Kussuji, Novi Siti. 2007. “Semiotika: Michael Riffaterre dan Roland Barthes”. 
Rusyana, Yus dan Raksanegara, Ami. 1978. Sastra Lisan Sunda: Cerita Karuhan, Kajajaden, dan Dedemit. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.




[1] Khana (2003: hal.21)
[2] Masyarakat melayu
[3] Cerita karuhan, Kajajaden dan Dedemit
[4] Semiotika : Michael dan Riffaterre dan Rohand,Barthe.
[5]Semiotika : Michael Riffaterre dan Rohan, barthe.

1 comment:

  1. ACHIEH CLUB AT ACHIEH CLUB AT ACHIEH CLUB AT ACHIEH
    ACHIEH CLUB 삼척 출장마사지 AT 태백 출장샵 ACHIEH CLUB AT ACHIEH CLUB AT ACHIEH 하남 출장샵 CLUB AT ACHIEH 서울특별 출장안마 CLUB AT ACHIEH CLUB AT ACHIEH 구리 출장안마 CLUB at ACHIEH CLUB at ACHIEH

    ReplyDelete