Tugas
makalah: Bahasa Indonesia
MANTRA
DI SUSUN OLEH:
KASRIA
12020103027
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN KENDARI
JURUSAN SYARIAH/EI
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan
ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
analisis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Analisis yang berjudul “Mantra Kesehatan dan Kekuatan Suku Tolaki”:
Tak lupa juga saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen. Tentunya dalam
penyusunan makalah ini masih mempunyai banyak kesalahan. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar dalam
menganalisis selanjutnya lebih baik lagi. Segala saran dan masukan sangat saya
harapka,. Saya ucapkan terimakasih.
Kendari, 28
Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang..................................................................................
1
B.
Rumusan masalah.............................................................................
1
C.
Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
mantra............................................................................ 2
B.
Jenis-jenis
mantra.............................................................................
3
C.
Mantra dari segi
bentuk.................................................................... 4
D. Contoh
mantra...................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................
6
B. Kritik dan
saran................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mantra adalah sesuatu yang lahir dari
masyarakat sebagai perwujudan dari keyakinan atau kepercayaan. Dalam masyarakat
tradisional, mantra bersatu dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Seorang
pawang atau dukun yang ingin menghilangkan atau menyembuhkan penyakit misalnya,
dilakukan dengan membacakan mantra. Berbagai kegiatan yang dilakukan terutama
yang berhubungan dengan adat biasanya disertai dengan pembacaan mantra. Hal
tersebut tidak mengherankan mengingat bahwa terdapat suatu kepercayaan di
tengah mereka tentang suatu berkahi yang dapat ditimbulkan dengan pembacaan
suatu mantra tertentu. Mereka sangat meyakini bahwa pembacaan mantra merupakan
wujud dari sebuah usaha untuk mencapai keselamatan dan kesuksesan.
B. Rumusan Masalah
Pentingnya melakukan analisis terhadap mantra Kekuatan
Tubuh dalam masyarakat suku Tolaki tersebut yaitu:
a.
Bagaimana kandungan makna mantra
“Tanggawuku”suku Tolaki berdasarkan pembacaan heuristik dan hermeneutik?
Bagaimana
matriks dan model yang terdapat dalam mantra “Tanggawuku” suku Tolaki?
b.
Bagaimana hubungan intertekstual
mantra “Tanggawuku” suku Tolaki dengan
teks lain?
C. Tujuan
Tujuan analisis ini adalah sebagai berikut:
1).
Mengungkap makna yang terkandung pada mantra “Tanggawuku” suku Tolaki berdasarkan
pembacaan heuristik dan hermeneutik.
2).
Mengungkap matriks dan model yang terdapat dalam mantra “Tanggawuku” suku
Tolaki.
3) Mencari
dan menemukan hubungan intertekstual mantra “Tanggawuku” suku Tolaki dengan
teks lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
mantra
Mantra
adalah sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang
dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang
untuk menandingi kekuatan gaib yang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2001).
Dalam sastra Melayu lama, kata lain untuk
mantra adalah jampi, serapah, tawar, sembur, cuca, puja, seru dan tangkal.
Mantra termasuk dalam genre sastra lisan yang populer di masyarakat Melayu,
sebagaimana pantun dan syair. Hanya saja, penggunaannya lebih eksklusif, karena
hanya dituturkan oleh orang tertentu saja, seperti pawang dan bomoh (dukun).
Menurut orang Melayu, pemacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib
untuk membantu meraih tujuan-tujuan tertentu. Mantra adalah bunyi, suku kata,
kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan
perubahan" (misalnya perubahan spiritual). Jenis dan kegunaan mantra
berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra
tersebut.
Mantra (Dewanagari: मन्त्र; IAST:
mantra) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian penting
dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan
Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan
spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi
dan agama ketimuran. Khanna (2003: hal. 21)1 menyatakan hubungan
mantra dan yanra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
Mantra juga dikenal masyarakat indonesia
sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud
kurang baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang
mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra,
biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.
B. Jenis-jenis
mantra
Ada Jenis-Jenis Mantra Secara umum, dapat dibagi
ke dalam lima jenis berdasarkan tujuan pelafalannya, yaitu:
a.
Mantra untuk pengobatan
b.
Mantra untuk pakaian atau pelindung
diri
c.
Mantra untuk kejahatan
d.
Mantra untuk kejahatan
e.
Mantra adat-istiadat
C. Mantra dari
segi bentuk
Mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan ke
dalam bentuk puisi bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan
jumlah kata dalam setiap baris. Dari segi bahasa, mantra biasanya menggunakan
bahasa khusus yang sukar dipahami. Adakalanya, dukun atau pawang sendiri tidak
memahami arti sebenarnya mantra yang hanya memahami kapan mantra tersebut
dibaca dan apa tujuannya.
Dari segi penggunaan, mantra sangat
eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggap
keramat dan tabu. Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang,
kemudian diwariskan kepada anakketurunan, murid ataupun orang yang ia anggap
akan menggantikan fungsinya sebagai dukun. Kemunculan dan penggunaan mantra ini
dalam masyarakat Melayu2, berkaitan dengan pola hidup mereka yang
tradisional dan sangat dekat dengan alam.
Oleh sebab itu, semakin modern pola
hidup masyarakat Melayu dan semakin jauh mereka dari alam, maka mantra akan
semakin tersisihkan dari kehidupan mereka. Pada dasarnya, mantra terdiri atas
beberapa macam berdasarkan jenis dan fungsinya. Di antaranya, mantra bercocok
tanam, mantra pengasih, mantra melaut, dan lain sebagainya. Mantra jenis apa
pun diyakini memiliki fungsi tersendiri sesuai dengan keyakinan pemakainya.
Mantra bercocok tanam misalnya, mantra ini digunakan dalam kaitannya dengan
kegiatan bercocok tanam. Demikian pula halnya dengan mantra melaut. Mantra ini
digunakan khusus ketika sedang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
melaut.
D. Contoh
mantra
“TANGGAWUKU”
Bismillahirrahmanirrahim Nabihaluru nabihelere
Patonggopa owuta Patonggopa wotolu Iwoi dumagai’aku Nggo meokanggona
Pehere-here’anggu Ombu ta’ala Pepoi-poindi’anggu Nabi Muhammad.
Artinya: Dengan menyebut nama Allah
SWT. Nabi Muhammad yang menjadi teladanku empat bagian tanah, empat bagian
badan air yang menjaga saya disetiap capekku tempatku bersandar Allah SWT. Dan
Nabi Muhammad tempat aku berpegang.
“Penjelasan
mantra”
a. Pembacaan Heuristik Mantra ini merupakan
mantra yang digunakan untuk membuat tulang kuat agar tidak mudah lelah. Mantra
ini dilafazkan dalam rangka untuk meminta kesehatan badan dalam beraktivitas
sehari-hari. Seperti pada umumnya, mantra ini pun dimulai dengan basmalah. Hal
ini menunjukkan bahwa segala usaha dan upaya yang dilakukan oleh pengguna
mantra diserahkan sepenuhnya kepada kekuasaan Allah SWT.
Larik pertama, Bismillahirrahmanirrahim
berarti “dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
Nabihaluru nabihelere pada larik ini memiliki dua makna yang berbeda3.
Nabihaluru yang berati “nabiku”. Nabi yang dimaksud adalah nabi Muhammad, yang
menjadi teladanku. Nabihelere berarti “nabimu”. Kata dalam bahasa Arab adalah
sebutan untuk orang yang menjadi pilihan Allah SWT untuk menerima wahyunya.
Kata ini kemudian diserap ke dalam bahasa Tolaki dan digunakan dalam penggunaan
mantra. Dalam bahasa Inggris, kata nabi sepadan dengan kata prophet.
Kata patonggopa berarti “empat bagian”. Kata
owuta berarti “tanah”, tanah merupakan permukaan bumi. Patonggopa pada larik
keempat sama artinya pada larik ketiga yaitu “empat bagian”. Wotolu yang
berarti “tubuh”, tubuh adalah keseluruhan jasad sembilan manusia atau binatang
dari ujung kaki sampai ujung rambut. Iwoi yang berarti air, yang menjadi sumber
kehidupan makhluk hidup.
Dumagai’aku pada kata ini terdiri dari dua
kata yang berbeda makna, dumagai berarti “yang menjaga”, dan aku berarti saya.
Nggo yang berarti “akan”. Meokanggona berarti
“disetiap capekku”. Pehere-here’anggu berarti “tempatku bersandar”. Ombu ta’ala
yaitu Allah SWT, Allah ta’ala adalah sesuatu yang diyakini, dipuja, dan
disembah oleh manusia sebagai yang Maha Kuasa atau Maha Perkasa penguasa jagat
raya ini. Kata pepoi-poindi’anggu berarti “tempatku berpegang”. Nabi Muhammad
yang berarti “Rasulullah SAW” yang ditugaskan oleh Tuhan untuk menyampaikan
ajaran agama Islam.
b. Pembacaan Hermeneutik Mantra di
atas sesungguhnya sudah mengimplikasikan keinginanan si pembaca mantra untuk
memperoleh pertolongan dari Tuhan. Pertolongan yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah berupa kesehatan tubuh dan tubuh yang kuat. Mantra ini juga
menggambarkan sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan Muhammad SAW
sebagai rasul yang dipercaya oleh-Nya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada
umat manusia4. Gambaran mengenai sikap penyerahan diri kepada Tuhan
terdapat pada larik kedua mantra, yaitu pehere-here’anggu Allah ta’ala..
Kalimat ini mengimplikasikan kepada
Allah SWT sebagai tempat bersandar diri memohon pertolongan dan perlindungan,
Nabi Muhammad sebagai teladan dan pedoman hidup bagi umat manusia. Semua yang
terjadi di dunia adalah karena kehendak-Nya. Allah taala adalah pencipta
seluruh jagad alam dan yang berhak untuk menentukan segala sesuatu yang menjadi
kehendak-Nya. Kepada-Nyalah semua makhluk harus tunduk dan taat dengan segala
perintah dan larangan-Nya, dan memohon perlindungan serta kesehatan jasmani dan
rohani. Jiwa dan raga ini adalah milik-Nya, kapanpun Dia dapat membuatnya sakit
dan kapanpun dapat mengambilnya. Nabihuluru nabihelere mengimplikasikan pada
nabiku nabimu adalah sama.
Muhammad dalam hal ini adalah sebuah simbol
kekuatan:
1.
Matriks dan Model Isi mantra ini
mencitrakan hubungan kedekatan manusia
dengan Sang
Pencipta yang secara eksplisit disebutkan di dalam mantra. Seperti halnya
makhluk lainnya yang selalu mempunyai hubungan kedekatan seperti itu.
2. Hubungan Intertekstual Secara spiritual
Tuhan dipahami oleh manusia sebagai Alif Lamm Miim. Namun, para sufi
memahaminya dalam empat hal, yaitu:
a. dzat, yang bukan berawal dan
berakhir, bukan rupa, bukan warna, bukan wujud, bukan materi, keadaan yang
tenang, tentram, dan damai.4
b. sifat, sifat dinamis dari Tuhan
yang Maha Bijaksana, adil, dan pengasih dan penyayang.
c. Asma, nama Tuhan yang baik,
seperti Allah Ta’ala, Yehueh, Deo, dan God.
d. Afngal, hadirnya nasib dan takdir
baik dan buruk. Walaupun dzat, sifat, asma, dan afngal dapat dibedakan menurut
pengertiannya, tetapi keempatnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
pembuatan makalah ini penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa mantra
adalah bunyi atau suku kata yang dianggap mampu menciptakan suatu perubahan.
B. Kritik
dan saran
Dalam
penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa dalam penyajian materi dan
pembahasan masi cukup terbatas dan saya menyadari bahwa keterbatasan bahan
serta buku-buku penunjang dalam penyelesaian dan penyusunan makalah ini.
Jika
dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dari segi
penulisan serta pembahasannya, saya sebagai penyusun makalah ini saya
mengharapkan ketulusan dan keterbukaan dari berbagai pihak pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi melengkapkan
penyusunan makalah selanjutnya agar mudah dipahami bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan., dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi III). Jakarta:
Balai Pustaka. Indrastuti, Kussuji, Novi Siti. 2007. “Semiotika: Michael
Riffaterre dan Roland Barthes”.
Rusyana, Yus dan Raksanegara, Ami. 1978. Sastra Lisan Sunda: Cerita
Karuhan, Kajajaden, dan Dedemit. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
ACHIEH CLUB AT ACHIEH CLUB AT ACHIEH CLUB AT ACHIEH
ReplyDeleteACHIEH CLUB 삼척 출장마사지 AT 태백 출장샵 ACHIEH CLUB AT ACHIEH CLUB AT ACHIEH 하남 출장샵 CLUB AT ACHIEH 서울특별 출장안마 CLUB AT ACHIEH CLUB AT ACHIEH 구리 출장안마 CLUB at ACHIEH CLUB at ACHIEH